Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Pedoman Pembangunan Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan
Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Publik
Ruang publik atau ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitass/kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok karena ruang publik bersifat multiguna untuk semua kelompok sosial dan dapat ditata secara fleksibel sesuai dengan karakter kegiatan tertentu. Ruang publik terdiri atas tiga hal yaitu responsif, demokratis dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas, sedangkan demokratis berarti ruang publik yang dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia dan bermakna berarti bahwa ruang publik harus memiliki tautan antara ruang,manusia, konteks sosial dan dunia luas.
Dengan karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi antara warga masyarakat, maka ruang publik memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas sosial. Namun sayangnya arti penting keberadaan ruang-ruang publik tersebut di Indonesia lama kelamaan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya, seperti lapangan olah raga, taman kota, area wisata, arena kesenian, dan lain sebagainya, lama kelamaan menghilang dan digantikan oleh mall, pusat-pusat perbelanjaan, ruko-ruko dan ruang-ruang bersifat privat lainnya. Mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah dapat benar-benar menjadi ruang publik meskipun dewasa ini tempat-tempat tersebut sering dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi atau sekedar tempat rekreasi melepas kepenatan seusai menghadapi berbagai rutinitas pekerjaan. Karena meskipun terbuka untuk umum, mall tetap menampilkan wajah yang privat karena orang yang ada disana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Tidak adanya kontak dan interaksi sosial sebagai prasarat bagi penguatan sosial merupakan alasan utama mengapa ruang publik tidak dapat tergantikan oleh mall atau pusat perbelanjaan. Sebagai wahana interaksi sosial, ruang publik dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang ekonomi, sosial dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.
Dewasa ini,salah satu kebutuhan dari masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik yang bersih, aman dan nyaman. Olehnya itu Setiap kota diharapkan dapat menyediakan dan melakukan penataan terhadap kawasan ruang publiknya yang telah tersusun dalam Rencana Tata Ruang Kota. Dalam menyususun perencanaan tata ruang wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan memanfaatkan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik. Penyediaan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah perkotaan, paling sedikit 40% dari luas wilayah kota dengan proporsi seluas 30% untuk areal ruang terbuka hijau dan seluas 10% untuk areal ruang terbuka publik. Ruang publik dapat terbentuk dari jalan-jalan dan ruang terbuka misalnya alun-alun atau lapangan. Pengembangan kawasan untuk kepentingan umum dilakukan dengan memperhatikan struktur maupun fungsi dan bentuk kota tersebut. Struktur kota sebagai kerangka kota yang mempunyai hirarki dapat berwujud terpusat, linear, maupun multiple nuclei, dengan hirarki mulai pusat kota metropolitan, kota atau kota satelit, kawasan, sampai dengan skala lingkungan. Penataan ruang terbuka hijau sebagai bagian kawasan kepentingan umum yang terstruktur sangat diarahkan untuk estetika perkotaan maupun sebagai ruang kesehatan lingkungan perkotaan, fasilitas olah raga maupun rekreasi. Wujud fisik kawasan publik tersebut dapat berupa jalur hijau seperti pedestrian, danau dan pantai maupun buffer zone yang bisa berfungsi sebagai jogging track atau bicycle track, jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka hijau seperti taman-taman, area bermain anak-anak, alun-alun, dan hutan kota.
Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan yaitu keberdayagunaan, keberhasilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, keterbukaan, kebersamaan, serta keadilan dan perlindungan hukum. Penataan ruang publik tersebut untuk mewujudkan terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan . Penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkeaadilan sosial dalam lingkungan hidup yang lestari dan berkesinambungan. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut.
Ruang terbuka tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional ataupun dimensional karena ruang terbuka merupakan wadah yang berfungsi menampung aktivitas-aktivitas tertentu dari masyarakat. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi umum:
(1) tempat bermain dan berolah raga,
(2) tempat bersantai,
(3) tempat komunikasi sosial,
(4) tempat peralihan, termasuk menunggu,
(5) sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan,
(6) sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain, dan
(7) sebagai pembatas atau jarak di antara massa dengan bangunan.
2. Fungsi ekologis:
(1) penyegaran udara,
(2) menyerap air hujan,
(3) pengendalian banjir,
(4) memelihara ekosistem tertentu,
(5) pelembut arsitektur bangunan.
Berkaitan dengan fungsinya, maka ruang terbuka tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1). Ruang terbuka sebagai sumber produksi yaitu perhutanan, produksi mineral, peternakan dan pengairan
2). Ruang terbuka sebagai perlindungan yaitu cagar alam, daerah budaya dan sejarah
3). Ruang terbuka untuk kesehatan dan kenyamanan yaitu untuk melindungi kualitas air, pengaturan
pembuangan air dan sampah, memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara, rekreasi, taman
lingkungan, taman kota dan sebagainya.
Ditinjau dari kegiatannya, maka ruang terbuka dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
1. Ruang terbuka aktif yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara lain
bermain, olah raga, upacara dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa plaza, lapangan olah raga,
tempat rekreasi.
2. Ruang terbuka pasif yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia. Misalnya,
adalah ruang sebagai jarak terhadap rel kereta api.
Sedangkan ditinjau dari bentuknya, ruang terbuka secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu
1. Ruang terbuka berbentuk memanjang, ruang terbuka berbentuk memanjang mempunyai batas-batas pada
sisi-sisinya, misalnya jalan, sungai, dan lain-lain.
2. Ruang terbuka berbentuk mencuat, mempunyai batas-batas disekelilingnya, misalnya lapangan, bundaran,
dan lain-lain.
Apabila ditinjau dari sifatnya, maka ruang terbuka dibagi menjadi dua yaitu
1). ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka bangunan. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka
yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum di mana tata letak penyusunan ruang-ruang
terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
2). ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding bangunan dan lantai halaman
bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Dari bahasan tersebut di atas terlihat jelas bahwa ruang terbuka publik bukan saja berupa ruang luar yang bersifat sebagai perancangan lansekap untuk taman kota saja tetapi lebih condong pada keterlibatan manusia di dalamnya sebagai pemakai fasilitas tersebut.
Demikianlah artikel Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Publik kami sampaikan, semoga bermanfaat
Dengan karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi antara warga masyarakat, maka ruang publik memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas sosial. Namun sayangnya arti penting keberadaan ruang-ruang publik tersebut di Indonesia lama kelamaan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya, seperti lapangan olah raga, taman kota, area wisata, arena kesenian, dan lain sebagainya, lama kelamaan menghilang dan digantikan oleh mall, pusat-pusat perbelanjaan, ruko-ruko dan ruang-ruang bersifat privat lainnya. Mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah dapat benar-benar menjadi ruang publik meskipun dewasa ini tempat-tempat tersebut sering dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi atau sekedar tempat rekreasi melepas kepenatan seusai menghadapi berbagai rutinitas pekerjaan. Karena meskipun terbuka untuk umum, mall tetap menampilkan wajah yang privat karena orang yang ada disana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Tidak adanya kontak dan interaksi sosial sebagai prasarat bagi penguatan sosial merupakan alasan utama mengapa ruang publik tidak dapat tergantikan oleh mall atau pusat perbelanjaan. Sebagai wahana interaksi sosial, ruang publik dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang ekonomi, sosial dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.
Dewasa ini,salah satu kebutuhan dari masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik yang bersih, aman dan nyaman. Olehnya itu Setiap kota diharapkan dapat menyediakan dan melakukan penataan terhadap kawasan ruang publiknya yang telah tersusun dalam Rencana Tata Ruang Kota. Dalam menyususun perencanaan tata ruang wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan memanfaatkan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik. Penyediaan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah perkotaan, paling sedikit 40% dari luas wilayah kota dengan proporsi seluas 30% untuk areal ruang terbuka hijau dan seluas 10% untuk areal ruang terbuka publik. Ruang publik dapat terbentuk dari jalan-jalan dan ruang terbuka misalnya alun-alun atau lapangan. Pengembangan kawasan untuk kepentingan umum dilakukan dengan memperhatikan struktur maupun fungsi dan bentuk kota tersebut. Struktur kota sebagai kerangka kota yang mempunyai hirarki dapat berwujud terpusat, linear, maupun multiple nuclei, dengan hirarki mulai pusat kota metropolitan, kota atau kota satelit, kawasan, sampai dengan skala lingkungan. Penataan ruang terbuka hijau sebagai bagian kawasan kepentingan umum yang terstruktur sangat diarahkan untuk estetika perkotaan maupun sebagai ruang kesehatan lingkungan perkotaan, fasilitas olah raga maupun rekreasi. Wujud fisik kawasan publik tersebut dapat berupa jalur hijau seperti pedestrian, danau dan pantai maupun buffer zone yang bisa berfungsi sebagai jogging track atau bicycle track, jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka hijau seperti taman-taman, area bermain anak-anak, alun-alun, dan hutan kota.
Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan yaitu keberdayagunaan, keberhasilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, keterbukaan, kebersamaan, serta keadilan dan perlindungan hukum. Penataan ruang publik tersebut untuk mewujudkan terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan . Penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkeaadilan sosial dalam lingkungan hidup yang lestari dan berkesinambungan. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut.
Ruang terbuka tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional ataupun dimensional karena ruang terbuka merupakan wadah yang berfungsi menampung aktivitas-aktivitas tertentu dari masyarakat. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi umum:
(1) tempat bermain dan berolah raga,
(2) tempat bersantai,
(3) tempat komunikasi sosial,
(4) tempat peralihan, termasuk menunggu,
(5) sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan,
(6) sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain, dan
(7) sebagai pembatas atau jarak di antara massa dengan bangunan.
2. Fungsi ekologis:
(1) penyegaran udara,
(2) menyerap air hujan,
(3) pengendalian banjir,
(4) memelihara ekosistem tertentu,
(5) pelembut arsitektur bangunan.
Berkaitan dengan fungsinya, maka ruang terbuka tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1). Ruang terbuka sebagai sumber produksi yaitu perhutanan, produksi mineral, peternakan dan pengairan
2). Ruang terbuka sebagai perlindungan yaitu cagar alam, daerah budaya dan sejarah
3). Ruang terbuka untuk kesehatan dan kenyamanan yaitu untuk melindungi kualitas air, pengaturan
pembuangan air dan sampah, memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara, rekreasi, taman
lingkungan, taman kota dan sebagainya.
Ditinjau dari kegiatannya, maka ruang terbuka dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
1. Ruang terbuka aktif yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara lain
bermain, olah raga, upacara dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa plaza, lapangan olah raga,
tempat rekreasi.
2. Ruang terbuka pasif yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia. Misalnya,
adalah ruang sebagai jarak terhadap rel kereta api.
Sedangkan ditinjau dari bentuknya, ruang terbuka secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu
1. Ruang terbuka berbentuk memanjang, ruang terbuka berbentuk memanjang mempunyai batas-batas pada
sisi-sisinya, misalnya jalan, sungai, dan lain-lain.
2. Ruang terbuka berbentuk mencuat, mempunyai batas-batas disekelilingnya, misalnya lapangan, bundaran,
dan lain-lain.
Apabila ditinjau dari sifatnya, maka ruang terbuka dibagi menjadi dua yaitu
1). ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka bangunan. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka
yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum di mana tata letak penyusunan ruang-ruang
terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
2). ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding bangunan dan lantai halaman
bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Dari bahasan tersebut di atas terlihat jelas bahwa ruang terbuka publik bukan saja berupa ruang luar yang bersifat sebagai perancangan lansekap untuk taman kota saja tetapi lebih condong pada keterlibatan manusia di dalamnya sebagai pemakai fasilitas tersebut.
Demikianlah artikel Pemanfaatan dan Pengelolaan Ruang Publik kami sampaikan, semoga bermanfaat
Cara Budidaya Pohon Kayu Putih
Kayu putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi) tersebar secara alami di kepulauan Maluku dan Australia bagian utara. Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik maupun jelek dengan kadar garam tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka serta tahan terhadap kebakaran.Penelitian P3BPTH pada Kebun Benih semai uji keturunan jenis Kayu putih di Gunungkidul diperoleh estimasi peningkatan genetik untuk rendemen minyak sebesar 21% terhadap rata-rata populasi pada kebun benih, akan tetapi bila dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dari pabrik, peningkatan rendemen minyak lebih dari 100%. Terhadap kadar 1,8 cyneole, peningkatan yang dihasilkan sebesar 10%. Sedangkan untuk sifat pertumbuhan tanaman diperoleh peningkatan sebesar 15 - 20%. Dengan peningkatan rendemen minyak sebesar 100%, maka diharapkan produksi minyak kayu putih dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 2 kali dengan luasan tanaman yang sama.
A. Pembuatan bibit kayu putih secara generatif (biji)
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan bibit secara generatif adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian. Adapun beberapa hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih kayu putih yang baik adalah sebagai berikut :
1. Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip dan genotipe unggul seperti : sehat, pertajukan
rindang, berbuah lebat serta mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol yang tinggi.
2. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu dari Kebun Benih, atau dari Areal Produksi Benih
(APB) ataupun dari pohon yang terseleksi.
3. Pengumpulan buah sebaiknya pada musim panen raya, biasanya musim berbunga mulai bulan Maret dan
masa berbuah lebat pada bulan September.
4. Memetik buah yang masak dari tangkai buah dan tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak
terganggu proses reproduksinya.Pohon induk yang berbuah lebat dipanjat untuk memilih buah yang telah
masak, yaitu yang berwama kecoklatan.
5. Ukuran benih kayu putih sangat halus, sehingga pada waktu pengumpulan benih agar menghindari dari
tiupan angin. Setiap gram benih kayu putih yang baik rata-rata dapat menghasilkan 2.700 bibit.
Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak sangat mudah, cukup dijemur di bawah sinar
matahari dan benih akan lepas dengan sendirinya.
6. Penyimpanan benih di lakukan pada kondisi kering dengan kelembaban 5 - 8% dalam refrigerator (lemari
es) pada suhu 3-5oC. Dengan kondisi demikian benih dapat bertahan sampai beberapa tahun.
Persemaian
Persyaratan areal persemaian antara lain mudah dijangkau, sumber air (ketersediaan air) cukup, topografi relatif datar, tenaga kerja relatif mudah diperoleh, terhindar dari penggembalaan dan terdapat saluran (drainase) pembuangan air yang baik.
Persiapan media tabur :
Menyiapkan bak tabur dengan lubang drainase dibawahnya. Bak tabur tidak perlu terlalu luas karena ukuran benih sangat halus, cukup dengan bak plastik ukurati 25 x 35 x 10 cm beberapa buah. Media tabur cukup menggunakan pasir steril dengan cara dijemur dibawah sinar matahari, atau digoreng kering (sangrai), atau disemprot dengan fungisida (Benlate). Media tabur tidak padat, dan harus mempunyai porositas yang baik (pasir) sehingga tidak merusak perakaran pada saat disapih. Pada tahap ini media tidak perlu subur atau dipupuk, karena sifatnya sementara dan kecambah masih memiliki nutrisi bawaan dari lembaganya (cotyledon)
Penaburan Benih
Sebelum ditabur sebaiknya benih dicampur pasir halus yang steril, agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran benih sangat halus. Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang. Untuk menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik transparan (sungkup. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada pagi dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah pekerjaan penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih akan berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia.
Setelah ± 5 hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk dipindah ke bedeng sapih.
Persiapan penyapihan
Menyiapkan bedeng sapih dengan ukuran 5m x 1m agar memudahkan dalam perawatan. Media sapih yang digunakan sebaiknya mempunyai kandungan nutrisi yang lebih lengkap, yaitu dengan menggunakan media tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7:2:1. Media dimasukkan kedalam kantong plastik (polybag). Ukuran polybag yang digunakan tidak perlu terlalu besar, karena batang dan tajuk semai kayu putih ukurannya relatif ramping, sehingga cukup menggunakan ukuran 9cm x 12cm. Apabila menggunakan potrays, maka media yang digunakan adalah yang dapat kompak dengan akar serabut tanaman, sehingga pada saat dilepas dari potrays media tidak hancur. Disarankan menggunakan bahan organik tanaman dicampur dengan kompos. Kantong plastik (polybag) sebaiknya disusun teratur di bedeng sapih yang telah disiapkan, untuk memudahkan perawatan dan menghitung jumlah bibit. Pemasangan naungan cabaya (paranet 75%) selama 3 bulan agar intensitas cabaya tidak terlalu tinggi terutama pada saat siang hari dan lebih baik lagi naungan dapat dibuka pada pagi hari agar cahaya pagi (ultra violet) dapat mengenai bibit dan media sehingga pertumbuhan bibit lebih sehat. Pemasangan sungkup plastik transparan di bedeng sapih agar kelembaban dapat terjaga. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan pemberian sungkup plastik transparan dapat menekan kematian bibit. Pekerjaan ini sebaiknya sudah siap sebelum dilakukan pekerjaan penaburan.
Penyapihan
Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan jenis tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus. Setelah bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan. Apabila jarak antara bak tabur berjauhan dengan areal penyapihan, maka bibit dari bedeng tabur diambil dan dipindahkan ke kotak plastik yang berisi air bersih, agar bibit tidak cacat dan tidak kekeringan. Dibuat lubang tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya (3-5cm) agar perakaran tidak melipat/patah. Bibit ditanam perlahan kemudian ditutup dengan media serta dipadatkan dengan ditekan perlahan. Diusahakan agar perakaran jangan sampai melipat. Setelah disapih, dilakukan penyiraman halus (kabut) dengan menggunakan pompa sprayer (nozel halus), mengingat tinggi bibit rata-rata 1 cm, dan mudah roboh. Lebih baik dipasang sungkup plastik agar kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi dari gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8 minggu.
Pemeliharaan
Penyiraman sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus, dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada fase in kecambah kayu putih pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti berhenti (dorman) berkisar antara 7-8 minggu. Tinggi semai rata-rata masih 1-2cm, sehingga penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem perakaran dan batang masih sangat rentan dan mudah patah. Penggunakan alat sprayer halus akan berdampak baik terhadap bibit karena dapat mengurangi pengaruh kinetik semprotan air terhadap semai yang baru berkecambah. Setelah tinggi bibit lebih dari 15 cm, penyiraman dapat menggunakan sprayer yang agak besar atau gembor, karena kondisi perakaran cukup kuat. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.
Penyiangan yaitu pekeraan pembersihan dari tanaman pengganggu yang ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput) dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena akan mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari kayu putih, lebih baik batang gulma dipotong/ digunting. Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media agar aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pembersihan gulma.
Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan disemprotkan setiap 2 minggu sekali atau pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3 butir per polybag setiap 2 minggu sekali.
Hama yang umumnya menyerang dan mengganggu di persemaian adalah ulat dan belalang. Serangan hama pengganggu dapat dicegah dengan cara penyemprotan insektisida. Binatang pengganggu yang umumnya dijumpai adalah burung yang mencari makanan di persemaian. Pencegahan dilakukan dengan memberi naungan berupa sharlon/paranet, atau menggunakan sungkup plastik. Penyakit yang umumnya dijumpai di persemaian adalah jamur yang dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida. Diupayakan juga dengan membuat saluran pembuangan air disekitar bedengan, agar tidak terjadi genangan air. Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar yang keluar menembus polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan, dimaksudkan agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak pada saat dipindahkan kelapangan.
B. Pembuatan bibit kayu putih secara vegetatif
Pembiakan secara vegetatif pada tanaman kayu putih telah dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan tujuan untuk mempertahankan sifat induknya. Adapun beberapa teknik pembuatan bibit kayu putih adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan stek pucuk dengan teknik rejuvinasi stek cabang
Pengambilan cabang dari pohon induk hasil seleksi di hutan tanaman kayu putih dengan cara cabang dipotong dari bagian terbawah sepanjang 40cm dan diameter 2 - 4 cm. Ujung cabang ditutup lilin untuk menghambat kekeringan, selanjutnya cabang direndam dalam air pada bak plastik dengan kedalaman 5cm dan air selalu diganti setiap hari. Penanaman cabang dalam bak berisi pasir ditutup dengan sungkup plastik pada kedalaman 10cm. Perlu diperhatikan bahwa bagian bawah bak di beri lubang, sehingga bak tidak tergenang air. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan sprayer halus serta penambahan air kedalam bak pasir apabila kelembabannya kurang. Menjaga lingkungan pembiakan, yaitu dengan menjaga kelembaban dalam bak sungkup diatas 80%, suhu ruangan dibawah 30oC dan diberi naungan dengan intensitas cahaya 75% pada siang hari. Setelah berumur 1,5 bulan, stek akan menghasilkan trubusan dan dapat diambit stek pucuknya. Materi stek pucuk diambil dari trubusan tersebut dengan cara memotong daunnya dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat penguapan. Pemangkasan dan penanaman stek dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 1O pagi) kemudian dicelupkan pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 50% sekitar 30 detik. Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang disusun dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping biayanya relatif murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu sebesar 57%.
2. Stek pucuk dari kebun pangkas
Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman kayu putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30cm. Panjang stek kurang lebih 3-4 ruas ( ±10cm) dan dari satu tunas dapat diambil sampai 3 stek. Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media pasir dan sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F. Bedeng segera ditutup sungkup plastik untuk memelihara kelembaban diatas 80%. Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering mungkin dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke kantong bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang (1:1) untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3 bulan di persemaian, bibit telah siap ditanam di lapangan.
3. Stek akar
Memilih bahan tanaman untuk stek dari pohon induk yang baik (sehat). Pemotongan bahan stek sepanjang 15-20cm. Perendaman bahan stek dalam larutan hormon yang telah disiapkan atau mengoleskan bagian pangkal stek dengan hormon dalam bentuk pasta. Penanaman stek pada media yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar (rapat). Stek juga dapat langsung ditanam pada media tanah dalam polybag. Penutupan ruang bedeng stek dengan sungkup plastik trasparan di bawah naungan/paranet untuk menghindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Penyiraman media stek yang tidak terlalu basah untuk memberikan kelembaban yang optimal secara teratur sesuai dengan kebutuhan
4. Cangkok
Membuat bidang cangkok dengan menyayat atau mengupas kulit cabang sepanjang 5-10cm sehingga kambium terkelupas dan diusahakan agar kayu terlihat kering. Penyayatan dilakukan dengan pisau atau cutter yang tajam dan steril. Membungkus bidang cangkok dengan media yang telah disediakan yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang kemudian dibungkus dengan plastik hitam dan masing-masing ujung pembungkus diikat secara kuat dengan tali plastik. Setelah terbentuk akar pada umur 3-4 bulan (dapat dilihat dengan cara membuka pembungkus cangkok), kemudian bagian yang telah dicangkok dipotong pada bagian bawah bidang cangkok dan dipisahkan dari pohon induknya. Hasil cangkok ditempatkan pada tempat yang teduh yang telah disiapkan sebelum ditanam di lapangan. Penanaman tanaman hasil cangkok pada lubang yang telah disiapkan diusahakan cukup dalam dengan jarak tanam rapat (1 x 1 m).
C. Penanaman
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis tanah grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 M2 dari titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
Material penanaman dapat berupa bibit dari persemaian, stump, maupun puteran. Bibit kayu putih yang ditanam harus sehat, memiliki tinggi 30-50 cm dan dari segi fisik memiliki kenampakan daun yang hijau segar, cerah, daun utuh (tidak diserang penggerek daun), batang dan perakaran baik. Bibit memerlukan kelembaban yang tinggi sehingga pola penanaman lebih efektif apabila dilakukan pada saat curah hujan mulai tinggi (Januari - Februari). Bibit yang siap tanam dimasukan dalam lubang yang telah disiapkan dan telah diisi kompas . Sobek polybag secara cermat jangan sampai mengenai akar muda. usahakan media tanah tetap padat agar akar tidak terhambat pertumbuhannya. Menimbun lubang galian dengan tanah, ratakan dengan permukaan tanah, kemudian sekitar batang tanaman tanahnya ditinggikan agar genangan air tidak terkumpul pada akar yang baru ditanam.
D. Pemeliharaan
Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman Yang tidak memerlukan pemeliharaan Yang intensif. Namun umur 1-2 tahun harus lebih diperhatikan dan dipelihara. setelah berumur 2 tahun tanaman tetap dirawat, tetapi dengan intensitas Yang lebih rendah. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan (weeding), pendangiran, pemupukan dan pemangkasan batang. Tanaman kayu putih yang mati di areal penanaman harus segera disulam agar diperoleh umur tegakan Yang sama dan dalam satuan jumlah pohon yang seragam. Tanaman yang memiliki pertumbuban lambat atau tidak sehat segera diganti dengan bibit sulaman yang baru agar pertumbuhan penanaman seragam dan optimum pertumbuhannya. Selain itu tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan lahan agar lebib optimal. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dari pengganggu (gulma) agar tidak tejadi kompetisi hara dengan tanaman pokok. Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran menjadi sehat. Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun. Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pendangiran pada saat musim hujan. kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Demikianlah Cara Budidaya Pohon Kayu Putih, semoga bermanfaat.
A. Pembuatan bibit kayu putih secara generatif (biji)
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan bibit secara generatif adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian. Adapun beberapa hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih kayu putih yang baik adalah sebagai berikut :
1. Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip dan genotipe unggul seperti : sehat, pertajukan
rindang, berbuah lebat serta mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol yang tinggi.
2. Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu dari Kebun Benih, atau dari Areal Produksi Benih
(APB) ataupun dari pohon yang terseleksi.
3. Pengumpulan buah sebaiknya pada musim panen raya, biasanya musim berbunga mulai bulan Maret dan
masa berbuah lebat pada bulan September.
4. Memetik buah yang masak dari tangkai buah dan tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak
terganggu proses reproduksinya.Pohon induk yang berbuah lebat dipanjat untuk memilih buah yang telah
masak, yaitu yang berwama kecoklatan.
5. Ukuran benih kayu putih sangat halus, sehingga pada waktu pengumpulan benih agar menghindari dari
tiupan angin. Setiap gram benih kayu putih yang baik rata-rata dapat menghasilkan 2.700 bibit.
Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak sangat mudah, cukup dijemur di bawah sinar
matahari dan benih akan lepas dengan sendirinya.
6. Penyimpanan benih di lakukan pada kondisi kering dengan kelembaban 5 - 8% dalam refrigerator (lemari
es) pada suhu 3-5oC. Dengan kondisi demikian benih dapat bertahan sampai beberapa tahun.
Persemaian
Persyaratan areal persemaian antara lain mudah dijangkau, sumber air (ketersediaan air) cukup, topografi relatif datar, tenaga kerja relatif mudah diperoleh, terhindar dari penggembalaan dan terdapat saluran (drainase) pembuangan air yang baik.
Persiapan media tabur :
Menyiapkan bak tabur dengan lubang drainase dibawahnya. Bak tabur tidak perlu terlalu luas karena ukuran benih sangat halus, cukup dengan bak plastik ukurati 25 x 35 x 10 cm beberapa buah. Media tabur cukup menggunakan pasir steril dengan cara dijemur dibawah sinar matahari, atau digoreng kering (sangrai), atau disemprot dengan fungisida (Benlate). Media tabur tidak padat, dan harus mempunyai porositas yang baik (pasir) sehingga tidak merusak perakaran pada saat disapih. Pada tahap ini media tidak perlu subur atau dipupuk, karena sifatnya sementara dan kecambah masih memiliki nutrisi bawaan dari lembaganya (cotyledon)
Penaburan Benih
Sebelum ditabur sebaiknya benih dicampur pasir halus yang steril, agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran benih sangat halus. Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang. Untuk menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik transparan (sungkup. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada pagi dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah pekerjaan penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih akan berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia.
Setelah ± 5 hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk dipindah ke bedeng sapih.
Persiapan penyapihan
Menyiapkan bedeng sapih dengan ukuran 5m x 1m agar memudahkan dalam perawatan. Media sapih yang digunakan sebaiknya mempunyai kandungan nutrisi yang lebih lengkap, yaitu dengan menggunakan media tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7:2:1. Media dimasukkan kedalam kantong plastik (polybag). Ukuran polybag yang digunakan tidak perlu terlalu besar, karena batang dan tajuk semai kayu putih ukurannya relatif ramping, sehingga cukup menggunakan ukuran 9cm x 12cm. Apabila menggunakan potrays, maka media yang digunakan adalah yang dapat kompak dengan akar serabut tanaman, sehingga pada saat dilepas dari potrays media tidak hancur. Disarankan menggunakan bahan organik tanaman dicampur dengan kompos. Kantong plastik (polybag) sebaiknya disusun teratur di bedeng sapih yang telah disiapkan, untuk memudahkan perawatan dan menghitung jumlah bibit. Pemasangan naungan cabaya (paranet 75%) selama 3 bulan agar intensitas cabaya tidak terlalu tinggi terutama pada saat siang hari dan lebih baik lagi naungan dapat dibuka pada pagi hari agar cahaya pagi (ultra violet) dapat mengenai bibit dan media sehingga pertumbuhan bibit lebih sehat. Pemasangan sungkup plastik transparan di bedeng sapih agar kelembaban dapat terjaga. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan pemberian sungkup plastik transparan dapat menekan kematian bibit. Pekerjaan ini sebaiknya sudah siap sebelum dilakukan pekerjaan penaburan.
Penyapihan
Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan jenis tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus. Setelah bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan. Apabila jarak antara bak tabur berjauhan dengan areal penyapihan, maka bibit dari bedeng tabur diambil dan dipindahkan ke kotak plastik yang berisi air bersih, agar bibit tidak cacat dan tidak kekeringan. Dibuat lubang tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya (3-5cm) agar perakaran tidak melipat/patah. Bibit ditanam perlahan kemudian ditutup dengan media serta dipadatkan dengan ditekan perlahan. Diusahakan agar perakaran jangan sampai melipat. Setelah disapih, dilakukan penyiraman halus (kabut) dengan menggunakan pompa sprayer (nozel halus), mengingat tinggi bibit rata-rata 1 cm, dan mudah roboh. Lebih baik dipasang sungkup plastik agar kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi dari gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8 minggu.
Pemeliharaan
Penyiraman sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus, dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada fase in kecambah kayu putih pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti berhenti (dorman) berkisar antara 7-8 minggu. Tinggi semai rata-rata masih 1-2cm, sehingga penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem perakaran dan batang masih sangat rentan dan mudah patah. Penggunakan alat sprayer halus akan berdampak baik terhadap bibit karena dapat mengurangi pengaruh kinetik semprotan air terhadap semai yang baru berkecambah. Setelah tinggi bibit lebih dari 15 cm, penyiraman dapat menggunakan sprayer yang agak besar atau gembor, karena kondisi perakaran cukup kuat. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.
Penyiangan yaitu pekeraan pembersihan dari tanaman pengganggu yang ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput) dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena akan mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari kayu putih, lebih baik batang gulma dipotong/ digunting. Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan permukaan media agar aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pembersihan gulma.
Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan disemprotkan setiap 2 minggu sekali atau pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3 butir per polybag setiap 2 minggu sekali.
Hama yang umumnya menyerang dan mengganggu di persemaian adalah ulat dan belalang. Serangan hama pengganggu dapat dicegah dengan cara penyemprotan insektisida. Binatang pengganggu yang umumnya dijumpai adalah burung yang mencari makanan di persemaian. Pencegahan dilakukan dengan memberi naungan berupa sharlon/paranet, atau menggunakan sungkup plastik. Penyakit yang umumnya dijumpai di persemaian adalah jamur yang dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida. Diupayakan juga dengan membuat saluran pembuangan air disekitar bedengan, agar tidak terjadi genangan air. Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar yang keluar menembus polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan, dimaksudkan agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak pada saat dipindahkan kelapangan.
B. Pembuatan bibit kayu putih secara vegetatif
Pembiakan secara vegetatif pada tanaman kayu putih telah dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan tujuan untuk mempertahankan sifat induknya. Adapun beberapa teknik pembuatan bibit kayu putih adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan stek pucuk dengan teknik rejuvinasi stek cabang
Pengambilan cabang dari pohon induk hasil seleksi di hutan tanaman kayu putih dengan cara cabang dipotong dari bagian terbawah sepanjang 40cm dan diameter 2 - 4 cm. Ujung cabang ditutup lilin untuk menghambat kekeringan, selanjutnya cabang direndam dalam air pada bak plastik dengan kedalaman 5cm dan air selalu diganti setiap hari. Penanaman cabang dalam bak berisi pasir ditutup dengan sungkup plastik pada kedalaman 10cm. Perlu diperhatikan bahwa bagian bawah bak di beri lubang, sehingga bak tidak tergenang air. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan sprayer halus serta penambahan air kedalam bak pasir apabila kelembabannya kurang. Menjaga lingkungan pembiakan, yaitu dengan menjaga kelembaban dalam bak sungkup diatas 80%, suhu ruangan dibawah 30oC dan diberi naungan dengan intensitas cahaya 75% pada siang hari. Setelah berumur 1,5 bulan, stek akan menghasilkan trubusan dan dapat diambit stek pucuknya. Materi stek pucuk diambil dari trubusan tersebut dengan cara memotong daunnya dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat penguapan. Pemangkasan dan penanaman stek dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 1O pagi) kemudian dicelupkan pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 50% sekitar 30 detik. Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang disusun dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping biayanya relatif murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu sebesar 57%.
2. Stek pucuk dari kebun pangkas
Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman kayu putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30cm. Panjang stek kurang lebih 3-4 ruas ( ±10cm) dan dari satu tunas dapat diambil sampai 3 stek. Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media pasir dan sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F. Bedeng segera ditutup sungkup plastik untuk memelihara kelembaban diatas 80%. Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering mungkin dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke kantong bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang (1:1) untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3 bulan di persemaian, bibit telah siap ditanam di lapangan.
3. Stek akar
Memilih bahan tanaman untuk stek dari pohon induk yang baik (sehat). Pemotongan bahan stek sepanjang 15-20cm. Perendaman bahan stek dalam larutan hormon yang telah disiapkan atau mengoleskan bagian pangkal stek dengan hormon dalam bentuk pasta. Penanaman stek pada media yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar (rapat). Stek juga dapat langsung ditanam pada media tanah dalam polybag. Penutupan ruang bedeng stek dengan sungkup plastik trasparan di bawah naungan/paranet untuk menghindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Penyiraman media stek yang tidak terlalu basah untuk memberikan kelembaban yang optimal secara teratur sesuai dengan kebutuhan
4. Cangkok
Membuat bidang cangkok dengan menyayat atau mengupas kulit cabang sepanjang 5-10cm sehingga kambium terkelupas dan diusahakan agar kayu terlihat kering. Penyayatan dilakukan dengan pisau atau cutter yang tajam dan steril. Membungkus bidang cangkok dengan media yang telah disediakan yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang kemudian dibungkus dengan plastik hitam dan masing-masing ujung pembungkus diikat secara kuat dengan tali plastik. Setelah terbentuk akar pada umur 3-4 bulan (dapat dilihat dengan cara membuka pembungkus cangkok), kemudian bagian yang telah dicangkok dipotong pada bagian bawah bidang cangkok dan dipisahkan dari pohon induknya. Hasil cangkok ditempatkan pada tempat yang teduh yang telah disiapkan sebelum ditanam di lapangan. Penanaman tanaman hasil cangkok pada lubang yang telah disiapkan diusahakan cukup dalam dengan jarak tanam rapat (1 x 1 m).
C. Penanaman
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam, terutama pada jenis tanah grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam tumpangsari. Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas 1 M2 dari titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman. Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80cm agar ajir mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
Material penanaman dapat berupa bibit dari persemaian, stump, maupun puteran. Bibit kayu putih yang ditanam harus sehat, memiliki tinggi 30-50 cm dan dari segi fisik memiliki kenampakan daun yang hijau segar, cerah, daun utuh (tidak diserang penggerek daun), batang dan perakaran baik. Bibit memerlukan kelembaban yang tinggi sehingga pola penanaman lebih efektif apabila dilakukan pada saat curah hujan mulai tinggi (Januari - Februari). Bibit yang siap tanam dimasukan dalam lubang yang telah disiapkan dan telah diisi kompas . Sobek polybag secara cermat jangan sampai mengenai akar muda. usahakan media tanah tetap padat agar akar tidak terhambat pertumbuhannya. Menimbun lubang galian dengan tanah, ratakan dengan permukaan tanah, kemudian sekitar batang tanaman tanahnya ditinggikan agar genangan air tidak terkumpul pada akar yang baru ditanam.
D. Pemeliharaan
Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman Yang tidak memerlukan pemeliharaan Yang intensif. Namun umur 1-2 tahun harus lebih diperhatikan dan dipelihara. setelah berumur 2 tahun tanaman tetap dirawat, tetapi dengan intensitas Yang lebih rendah. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan (weeding), pendangiran, pemupukan dan pemangkasan batang. Tanaman kayu putih yang mati di areal penanaman harus segera disulam agar diperoleh umur tegakan Yang sama dan dalam satuan jumlah pohon yang seragam. Tanaman yang memiliki pertumbuban lambat atau tidak sehat segera diganti dengan bibit sulaman yang baru agar pertumbuhan penanaman seragam dan optimum pertumbuhannya. Selain itu tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan lahan agar lebib optimal. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dari pengganggu (gulma) agar tidak tejadi kompetisi hara dengan tanaman pokok. Pendangiran merupakan pekerjaan menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok. Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan sistem perakaran menjadi sehat. Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun. Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pendangiran pada saat musim hujan. kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5 tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Demikianlah Cara Budidaya Pohon Kayu Putih, semoga bermanfaat.
Cara Menanam Pohon Sukun
Cara Menanam Pohon Sukun
Pohon Sukun merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang musim. Selain menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi sukun juga sangat cocok ditanam sebagai tanaman penghijauan karena sukun memiliki perakaran yang kuat dan dapat mengurangi erosi tanah terutama di daerah yang berlereng. Tanaman sukun tumbuh optimal didaerah dengan ketinggian sampai dengan 700 meter diatas permukaan laut. Sukun adalah tanaman yang tidak memiliki biji sehingga untuk membudidayakannya harus dilakukan dengan cara vegetative yaitu dengan stek akar, okulasi dan cangkok.
Adapun cara menanam pohon sukun adalah sebagai berikut :
• Bersihkan lahan dari rumput dan gulma-gulma lainya.
• Buat lubang berukuran 60x60x60 cm dengan jarak tanam 15 x 15 meter.
• Campur tanah bagian bawah dengan pupuk kandang dan tsp
• Masukan bibit sukun yang tersedia kedalam lubang tanam.
• Timbun dengan tanah campuran lalu tabutkan 100 gram npk.
• Siram dengan air secukupnya.
Pemeliharaan tanaman sukun tidak terlalu rumit, hanya dengan membersihkan gulma/rumput yang mengganggu di sekitar tanaman dan memberinya pupuk yang cukup sesuai dengan ukuran tanaman. Sedangkan cara untuk mengendalikan hama, semprotkan pestisida setiap 4 bulan sekali. Ciri-ciri buah sukun yang sudah tua berwarna hijau kekuningan dan cenderung datar tidak terlalu nampak tonjolanya, serta agak lunak bila ditekan.
Pohon Sukun merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang musim. Selain menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi sukun juga sangat cocok ditanam sebagai tanaman penghijauan karena sukun memiliki perakaran yang kuat dan dapat mengurangi erosi tanah terutama di daerah yang berlereng. Tanaman sukun tumbuh optimal didaerah dengan ketinggian sampai dengan 700 meter diatas permukaan laut. Sukun adalah tanaman yang tidak memiliki biji sehingga untuk membudidayakannya harus dilakukan dengan cara vegetative yaitu dengan stek akar, okulasi dan cangkok.
Adapun cara menanam pohon sukun adalah sebagai berikut :
• Bersihkan lahan dari rumput dan gulma-gulma lainya.
• Buat lubang berukuran 60x60x60 cm dengan jarak tanam 15 x 15 meter.
• Campur tanah bagian bawah dengan pupuk kandang dan tsp
• Masukan bibit sukun yang tersedia kedalam lubang tanam.
• Timbun dengan tanah campuran lalu tabutkan 100 gram npk.
• Siram dengan air secukupnya.
Pemeliharaan tanaman sukun tidak terlalu rumit, hanya dengan membersihkan gulma/rumput yang mengganggu di sekitar tanaman dan memberinya pupuk yang cukup sesuai dengan ukuran tanaman. Sedangkan cara untuk mengendalikan hama, semprotkan pestisida setiap 4 bulan sekali. Ciri-ciri buah sukun yang sudah tua berwarna hijau kekuningan dan cenderung datar tidak terlalu nampak tonjolanya, serta agak lunak bila ditekan.
Manfaat Buah dan Daun Sirsak
Manfaat Buah dan Daun Sirsak
Tanaman Sirsak yang memiliki
nama ilmiah Annona muricata Linn, tumbuh dengan baik pada daerah yang
mempuyai ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nama
Sirsak berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kurang lebih berarti
kantung yang asam. Tanaman sirsak sangat banyak dijumpai tumbuh di
kebun-kebun dan pekarangan masyarakat indonesia. Tanaman sirsak berbuah
sepanjang tahun dengan cirri-ciri buah agak besar, memiliki duri yang
lunak, daging buahnya berwarna putih dan rasa buahnya agak kecut-kecut
manis. Selain melalui biji, pengembangbiakan tanaman sirsak yang paling
baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia 4
tahunan setelah ditanam.
Selama bertahun-tahun sirsak telah digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. seperti, sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan rematik. Buah sirsak yang di konsumsi memiliki khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. karena pada setiap 100 gramnya mengandung nilai kalori sebanyak 65 kalori, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 16,3 gram, kalsium 14 miligram, fosfor 27 miligram, besi 0,6 miligram, vitamin A 10 SI, vitamin B, 0,07 miligram, vitamin C 20 miligram dan zat air 81,7 persen. Selain itu, buah sirsak juga memiliki khasiat yang dapat membunuh sel kanker yang lebih baik dari pada kemo terapi karena salah satu unsur kimia yang terkandung di dalam buah sirsak mampu memilih, membedakan dan membunuh sel kanker
Selama bertahun-tahun sirsak telah digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. seperti, sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan rematik. Buah sirsak yang di konsumsi memiliki khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. karena pada setiap 100 gramnya mengandung nilai kalori sebanyak 65 kalori, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 16,3 gram, kalsium 14 miligram, fosfor 27 miligram, besi 0,6 miligram, vitamin A 10 SI, vitamin B, 0,07 miligram, vitamin C 20 miligram dan zat air 81,7 persen. Selain itu, buah sirsak juga memiliki khasiat yang dapat membunuh sel kanker yang lebih baik dari pada kemo terapi karena salah satu unsur kimia yang terkandung di dalam buah sirsak mampu memilih, membedakan dan membunuh sel kanker
Adapun beberapa manfaat buah dan daun sirsak adalah sebagai berikut :
- Dapat mengobati penyakit Ambeien, cara pembuatannya yaitu buah sirsak yang telah masak diperas dan diambil airnya sebanyak 1 gelas kemudian diminum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
- Dapat mengobati sakit kandung air seni (sering kencing tetapi sedikit dan terasa sakit), cara pembuatannya yaitu ambil buah sirsak setengah matang yang telah dikupas kemudian dimasak dan dicampur gula secukupnya lalu dimakan. Lakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.
- Dapat mengobati mencret pada bayi, cara pembuatannya yaitu buah sirsak yang sudah matang diperas lalu disaring dan diambil airnya kemudian diminumkan pada bayi sebanyak 2-3 sendok makan.
- Dapat mengobati Sakit Pinggang, Cara pembuatannya yaitu ambil 15 lembar daun sirsak dan 5 gelas air kemudian di masak hingga mendidih sampai menjadi 3 gelas air kemudian diminum 1 kali sehari.
- Dapat mengobati Bisul, Cara pembuatannya yaitu ambil daun sirsak yang masih agak muda secukupnya kemudian tumbuk hingga halus kemudian tambahkan 1 sendok air lalu aduk sampai merata kemudian tempelkan pada bisul
Demikianlah beberapa manfaat buah dan daun sirsak yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat…
water building
cek dam
cek dam (water building) yang berfungsi sebagai bangunan pengontrol atau pemantau ketinggian debit air juga digunakan sebagai saluran pembagi air kepada masyarakat ketika musim kemarau
Langganan:
Postingan (Atom)